Minggu, 03 Maret 2019

Cerpen


                                   Oh Ternyata


        Gladis, orang lain biasa memanggilku dengan sebutan itu. Namaku sebenarnya adalah Putri Gladis Purnawan. Orang tuaku memberikan nama yang indah ini kepadaku, mereka berharap aku akan menjadi seorang putri bercahayakan akhlak yang baik dan berprestasi dalam hal apapun. Mereka menyekolahkanku di sekolah berbasis keagamaan yang banyak pelajaran agama dan kegiatan keagamaan yang lebih banyak dibandingkan dengan sekolah umum yang lainnya. Dan prestasiku di sekolah tersebut pun tergolong cukup baik dan cukup menonjol disana.
        Pada tahun keduaku bersekolah disana, aku bertemu dengan seorang lelaki yang menarik perhatianku, dia yang selalu ramah kepada setiap orang dan memiliki kepemimpinan yang baik pula dimataku.. Aku selalu memperhatikannya jika ia memang bisa dijangkau oleh mataku, sampai akhirnya aku tahu namanya,“Rio”, tepatnya Reksa Rio Wardana. Dan dimulai sejak saat itu barulah aku tahu bahwa memang benar aku mengaguminya.
Pada suatu waktu, aku berpapasan dengan dia dan dia menyapaku untuk pertama kalinya. “Ahhh” jeritku dalam hati, ternyata dia mengenaliku. Dan betapa senangnya aku pada saat itu takkan tergambarkan oleh apapun. Kulihat punggung nya yang menjauh dari tempatku berada, tetapi tiba-tiba dia membalikkan lagi punggungnya dan berjalan ke arahku. Pergerakan yang dia buat itu sontak membuatku tak bisa berkutik dan mematung disana. Dan benar saja dia berbalik dan menghampiriku.
     ”Mmm, hai! Apakah namamu Gladis?” Tanya Rio.
     “Oh iya, benar. Ada perlu apa ya?” jawabku dengan        sedikit tak percaya..
     “Aku Rio, hmm… boleh minta nomor telepon kamu.        ngga?” Tanyanya.
     “Oh, untuk apa ya? Soalnya aku ngga sembarangan.        ngasih nomor telepon ke sembarang orang.” Jawabku.
     “Oh, sebenarnya ada hal yang ingin ku tanyakan,  tapi sekarang aku lupa jadi kalo ada nomor telepon kan bisa lewat telepon bertanya nya itu pun kalo aku sudah ingat, hehe.” Jawabnya.
      Lalu akupun memberikan nomor teleponku kepadanya. Dan akhirnya kita mulai dekat sejak pertemuan itu dan saling bertukar pesan.
Kami pun sudah saling mengenal satu sama lain dan akhirnya kami mempunyai hubungan khusus. Aku tak tahu apakah hubungan ini salah atau benar, kami sering sekali menghabiskan waktu bersama, bergembira dan bercengkrama bersama teman-temanku dan yang lainnya pula. Rio memang cukup akrab dan mengenal teman-temanku juga. Dan hubungan kami pun masih terbilang wajar pada umumnya.

Hubungan kami awalnya baik-baik saja sampai datang temanku yang mencoba mendekati Rio. Ya, dan dia adalah teman sekelasku sendiri namanya Clara Adi Mahendra. Memang dia juga sudah cukup dekat dengan Rio, dan dia satu ekstrakurikuler dengannya. Dan entah kenapa semenjak aku mengetahui kedekatan Rio dengan Clara, hubunganku dengan Rio kini semakin merenggang. Dan banyak terjadi konflik antara kami berdua yang mengakibatkan hubungan kami menjauh.
Suatu waktu, aku berencana untuk mengikuti mereka pada saat mereka ekstrakurikuler dan benar saja, ternyata mereka sedang berbincang-bincang di koridor sekolah, dan aku mencoba untuk mendengarkan percakapan antara mereka.
      “Rio, kamu masih berhubungan dengan Gladis?” Tanya Clara.
     “Oh iya, aku masih berhubungan dengannya, tetapi memang akhir-akhir ini kami sering berbeda pendapat jadi lebih sering bertengkar karena masalah yang tergolong sepele.” Jawab Rio.
      “Oh gitu, kalo menurut aku sih, kalian itu harusnya lebih fokus belajar saja, jangan memikirkan dan menjalin hubungan-hubungan yang belum pasti akhirnya. Kan sebentar lagi kita akan naik ke kelas tiga, jadi ya harus lebih ditingkatkan lagi belajarnya kan?” ujar Clara.
      “Iya juga sih, benar juga katamu. Tapi aku tidak tega pada Gladis, yah oke nanti akan aku coba bicarakan lagi dengannya.” kata Rio.
Aku yang mendengarkan mereka dari balik dinding pun memikirkan ucapan Clara juga.
      “Apa aku harus mengakhiri hubunganku saja dengan Rio dan fokus untuk merancang kehidupanku di masa mendatang?” tanyaku dalam hati.
Dan pada akhirnya kami pun membicarakan tentang hubungan kami dan sepakat untuk memikirkan dan mencoba fokus untuk merancang kehidupan dan cita-cita untuk masa mendatang.
Waktu telah berlalu sampai kami berada di kelas tiga. Dan kami mulai mempersiapkan rancangan masa depan yang akan kami hadapi nantinya. Di tengah-tengah fokusku untuk mempersiapkan masa depan, aku mendengar desas-desus berita kalau ternyata Rio dan Clara mempunyai hubungan khusus di kelas tiga ini. Wah, betapa kagetnya aku mendengar berita tersebut. Dan hilanglah sudah fokusku untuk menyiapkan segala masa depanku karena motivasiku sudah tercoreng.
Aku merasa tidak terima dan merasa sakit hati akan perbuatan mereka berdua terhadapku. Dulu mereka bilang mereka akan lebih fokus dalam belajar tanpa memikirkan dan menjalin hubungan yang tidak pasti, tapi ternyata sekarang mereka malah melakukan hal tersebut dan termakan oleh omongannya sendiri. Aku tidak percaya akan keadaan ini, teganya mereka berbuat seperti itu kepadaku.
Tetapi seiring berjalannya waktu aku pun mencoba berpikir positif akan hubungan mereka dan menerima semua yang terjadi. Sekarang aku terus fokus belajar tanpa memikirkan hubungan mereka dan mengambil hikmahnya bahwa memang Rio bukanlah yang terbaik untukku, dan aku percaya bahwa Allah SWT. Ingin menjauhkanku dari perbuatan yang tidak baik dan ingin aku fokus belajar demi menggapai harapan dan cita-cita untuk masa yang akan datang.

1 komentar: